Ringworm atau dermatofitosis disebabkan oleh infeksi kapang / jamur di jaringan yang mengandung keratin seperti stratum korneum kulit, rambut dan kuku. Penyakit kulit ini tidak berakibat fatal dengan tingkat mortalitas rendah namun sangat mengganggu kenyamanan, menurunkan kualitas hidup dan estetika tampilan pet serta dapat menular antar pet.Umumnya penyakit ini bersifat kronik dan berulang. Kerugian ekonomis dapat terjadi karena kerusakan kulit dan rambut atau bobot badan turun karena hewan menjadi tidak tenang serta adanya risiko zoonosis (Kotnik, 2007). Kedekatan pet dengan manusia/ owner mempermudah penularan ringworm ke manusia.
Dermatofita merupakan kelompok kapang di kulit superfisial/permukaan yang terdiri dari 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Infeksi dermatofita di anjing dan kucing dapat disebabkan oleh beberapa jenis kapang seperti Microsporum canis, Microsporum gypseum, Tricophyton mentagrophytes dan Microsporum persicolor (Tilley 2016)
Bagaimana cara penularannya?
Sumber penularan dapat berasal dari manusia, hewan lain dan tanah/lingkungan. Penyebaran penyakit karena adanya kontak langsung dengan lesi ringworm atau dapat secara tidak langsung melalui spora di lingkungan tempat tinggal hewan. Kapang tetap infektif di luar tubuh pet seperti di tanah, jerami, kayu bahkan didalam feses kering. Kapang akan rusak dan mati pada suhu tinggi (100 0C).
Penyebaran dermatofitosis semakin cepat jika hewan dilepas kandangkan (tidak diikat atau tidak dikandangkan)(Adzima et al., 2013).
Apa saja gejala dermatofitosis?
Gejala klinis akan muncul setelah 2-4 minggu setelah kontak langsung atau tidak langsung (Tilley 2016). Ringworm di anjing dan kucing menunjukkan gejala klinis berupa bercak merah bersisik melingkar dengan batas yang jelas, kulit yang menebal atau mengeras (hiperkeratosis), bulu menjadi rapuh dan mudah rontok, ada bagian kulit yang menjadi agak pitak atau botak, serta pet sering menggaruk-garuk kulitnya. Jika terkena cakar atau kuku hewan dapat menjadi lebih rapuh dan berwarna lebih putih atau pucat. Lesi-lesi tersebut terdapat di area lokal atau regional seperti daun telinga, wajah, kaki depan, kaki belakang, ekor dan bagian perut (Outerbridge, 2006).
Apa saja faktor resikonya?
Beberapa faktor resiko dermatofitosis, yaitu lingkungan yang lembab dan panas, imunodefisiensi, obesitas, stress, ras hewan terutama yang berbulu panjang, trauma, infestasi ektoparasit dan kondisi diabetes melitus (Tilley 2016).
Waspadai penyakit dermartofitosis di Indonesia karena tingginya pertumbuhan kapang yang disebabkan oleh iklim tropis dan letak geografis yang sangat mendukung.
Bagaimana cara pencegahan & penanganan untuk dermatofitosis?
Vetamers, infeksi penyakit dermatofitosis di pet sebaiknya dicegah sebelum terjadi, yaitu dengan menjaga kelembapan dan kebersihan kulit pet dengan mandi secara rutin, jaga kebersihan lingkungan, berikan makanan yang bergizi dan minum air bersih untuk menjaga sistem kekebalan tubuh serta pastikan kebersihan alat – alat yang digunakan.
Vetamers jika hendak memandikan pet harus menggunakan sampo yang diformulasikan khusus untuk hewan “Fresh Clean”. Fresh Clean berfungsi untuk mengangkat kulit mati dan minyak yang berlebihan di kulit pet sehingga kulit menjadi bersih, tidak kering dan merah. Sedangkan pakan yang diberikan bersifat nonalargenik dengan protein yang sesuai kebutuhan pet. Serta untuk mendukung kesehatan kulit dan bulu pet Vetamers tidak boleh lupa untuk memberikan supplemen “Fish O”
Jika ternyata pet menunjukkan gejala ringworm di 1 spot/area untuk pertolongan pertama dapat diberikan salep “Ketovar”. Salep Ketovar mengandung ketokonazole 2 % yang dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan kapang. Selain itu dilengkapi dengan Vitamin E yang dapat mempercepat proses persembuhan kulit dan bulu. Dan jika ringworm sudah menyebar sebaiknya segera kedokter. Dokter hewan akan melalukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang secara mikroskopis dengan KOH serta wood lamp untuk melihat pendar dari kapang.Terapi yang akan diberikan dokter hewan obat anti kapang yang bersifat sistemik
Waspadai Dermatofiosis! Basmi kapang sampai Tuntas…..
Reference
Adzima V, Jamin F, dan Abrar M. 2013. Isolasi Dan Identifikasi Kapang Penyebab
Dermatofitosis Pada Anjing Di Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Jurnal Medika
Veterinaria. 7 (1) : 46-47
Outerbridge CA. 2006. Mycologic Disorders of the Skin. Clin Tech Smal Anim Pract
(21):128-134
Tilley LP, Francis WKS Jr. 2016. Blackwell’s Five Minute Veterinary Consult: Canine And Feline. Ed 6 John Wiley &Sons, Inc. Oxford